Malaysia kembali berulah, penangkapan 3 orang anggota KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan) Provinsi Kepulauan Riau yang sedang melakukan Patroli perbatasan seolah-olah kembali membuka mata kita akan lemahnya posisi Indonesia di mata Negara jiran kita tersebut. Betapa tidak, adalah hal yang teramat tidak logis dan menginjak-injak nilai kebebasan dan kemerdekaan Negara Indonesia. Ditambah lagi dengan polemik pemberitaan bahwa pelepasan 3 orang anggota KKP tersebut dilakukan melalui proses barter tahanan dengan 7 nelayan Malaysia yang melakukan pelanggaran batas wilayah karena melakukan penangkapan ikan di kawasan perairan Indonesia. Hal ini kemudian dibenarkan oleh menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Fadel Muhammad yang membenarkan adanya pertukaran tahanan dengan alasan lemahnya dalil hukum untuk menuntut nelayan tersebut dikarenakan lemahnya barang bukti serta alasan kemanusiaan mengingat bulan suci Ramadhan.
Indonesia seolah-olah menjadi seorang pembantu yang gentar dengan kecaman pemotongan gaji oleh majikan dan siap menerima konsekuensi dari hasil perundingan, bahkan sampai menghilangkan harga diri dan martabat bangsa dan Negara Indonesia.
Malaysia mungkin menganggap Indonesia merupakan Negara pengekspor pembantu terbesar untuk Negara mereka. Betapa tidak, Negara Indonesia diperlakyukan bak pembantu. Negara Indonesia yang dulunya memiliki harga diri dan martabat yang teramat besar seolah-olah kehilangan integritas dimata Negara yang luasnya hanya sebesar pulau jawa tersebut.
Hendaknya pemerintah dapat lebih jeli menyingkapi hal ini, selongsong pelurupun tidak salah dilontarkan demi integritas bangsa. Tampaknya sudah tidak relevan lagi pembangunan misi diplomatic dengan menginjak integritas bangsa sendiri. Ketegasan sebagai Negara berwibawa dan memiliki integritas harus dikedepankan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar